ff ini juga sudah dikirimkan kepada http://shiningstory.wordpress.com
Author : flamingT
Main Cast : Lee Jinki, Kim Nara, Choi Minho, Kim Kibum, Lee taemin, Kim Jonghyun
Support cast :Lee Junki, Lee Hyun Byul, Lee Jang Eon, Kim Yong Jin, Song Eun La
length : sequel
genre : life, family, romance,
Author POV~
“Ne appa, sebentar lagi aku sampai. Ne, aku tau dimana ruangannya. Ok, sampai ketemu.” Nara berjalan menyusuri jalan raya. Emperan-emperan toko dan kantor – kantor berjejeran. Hari ini, sepulang sekolah, ia harus ke kantor tempatnya ayahnya bekerja. Ada berkas yang harus diantarkan dan sesuatu hal yang ingin dibicaran dengannya, entah apa, Nara juga tak tau.
Nara sampai di depan kantornya ayahnya ‘Hyun Wang Company’. Orang-orang juga bisanya menyebutnya ‘Hyun Wang Entertaiment’. Perusahan ini lebih condong bergerak dalam bidang entertainment perfilman.
“Anneyong haseyo” sapa Nara sopan. Nara memasuki sebuah ruangan di dalam kantor tersebut.
“Ah, Nara. Anneyong. Duduk dulu sebentar. Appamu sedang keluar, mungkin sebentar lagi kembali.” Seorang laki-laki dewasa seumuran ayah Nara menjawab salam dan mempersilahkan Nara duduk. Orang itu teman satu kantor ayah Nara, Lee Jang Eon. Jabatannya juga sama dengan ayah Nara, direktur. Dia juga pewaris tunggal Hyun Wang Company. Dia anak tunggal dari Lee Hyun Byul, pemilik Hyun Wang Company, yang sampai sekarang juga masih ikut campur tangan dalam menjalankan perusahaan.
“ne, ahjushi. Oh ya, ini berkas yang diperlukan appa.”
“ne, gamsahamnida. Kau benar Nara bukan? Lama sekali kita tidak bertemu. Kau juga jarang sekali datang kesini. Sibuk sekolah? Sudah kelas berapa? Aku sampai lupa.”
“aku baru saja selesai ulangan akhir untuk semester ini, ahjushi. Sekarang sudah kelas 2 SMA” jelas Nara sambil tersenyum.
“oh, begitu. Semoga hasilnya memuaskan ya. Berapa umurmu sekarang?”
“ne. 18 tahun ahjushi.” Jawab Nara.
Umur Nara memang lebih tua satu tahun disbanding teman-temannya. Itu karena pada saat berumur 6 tahun, ayahnya harus keluar negeri menjalankan tugas dari perusahaan selama satu tahun. Nara yang masih kecil juga ibunya juga ikut keluar negeri. Daripada menyekolahkan Nara disana, lebih baik mengunggu kepulangan satu tahun berikutnya saja. Tapi perbedaan umur itu tidak ada masalah untuknya dan teman-teman yang lain.
Pintu ruangan terbuka,
“ah, Nara kau sudah datang.” Kata ayah Nara.
“ne, appa. Baru saja, tidak begitu lama.”
“oh, apa Jang eon ahjushi sudah memberitahukannya padamu?” tanya ayah Nara lagi.
“memberitahukan apa? Kami baru sebentar berbincang.” Jawab Nara.
“ne, Yong Jin. Belum lima menit dia disini. Aku juga belum memberitahukan apa-apa.”
“sebenarnya ada apa?” Nara menatap bingung kepada dua orang itu.
“tidak ada apa-apa, Nara. Hanya, malam ini aku mengundangmu untuk datang ke ulang tahun perkawinanku yang ke 25. Itu saja. Appa mu bilang kau tidak suka datang keacara seperti itu, makanya dia menyuruhku untuk memintanya sendiri”
“oh begitu. Tenang saja, aku akan datang ke pesta ulang tahun perkawinan ahjushi.” Jawan Nara sambil tersenyum.
“tapi nanti aku juga akan mengenalkanmu dengan anakku yang baru pulang setelah menyelesaikan studynya di luar negeri. Semoga kau masih ingat dengannya”
“anak? Apa kami pernah bertemu?” tanya Nara.
Nara POV~
“anak? Apa kami pernah bertemu?” tanyaku
“tentu saja pernah, tapi sudah lama sekali. Mungkin kau memang sudah lupa dengannya. Makanya aku ingin mengenalkan kalian lagi.” Kata paman Jang padaku. Aku sama sekali tidak ingat siapa anaknya itu.
“ne, mungkin kalau bertemu, aku bisa mengingatnya lagi. Oh ya, appa, ahjushi, aku buru-buru, ada janji dengan temanku.” Kataku pada mereka berdua.
“temanmu yang mana?” tanya ayah.
“Eun La, dia sudah kembali ke Seoul.”jawabku singkat.
“Eun La? Dia sudah kembali rupanya. Bilang padanya, lain kali mampir ke rumah.”
“ne, appa. Aku permisi dulu. Anneyong.” Aku keluar dari ruangan paman Jang.
Siapa anak paman Jang itu? Aku sama sekali tidak mengingatnya. Tapi, ah, itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah aku harus cepat-cepat menemui Eun La, sahabatku sejak kecil, sahabat Jonghyun juga. Tapi Eun La pindah rumah sejak kelas 1 SMP. Aku rindu sekali padanya. Sudah 4 tahun ia ke Amerika untuk melanjutkan kuliah, dan sekarang sudah kembali lagi ke Seoul. Aku sangat senang.
Aku berjalan cepat-cepat dilobby kantor tanpa memandang kedepan. Tanpa sengaja aku bertabrakan dengan seseorang. Seorang pria. Aku hampir saja terjatuh, tapi dengan sigap dia menahan badanku. Sesaat kami saling pandang. Wajahnya begitu tampan dan manis. Matanya yang sipit dan teduh membuatku betah berlama-lama memandangnya. Tapi, sepertinya aku pernah melihatnya. Dimana?
Eun La! Aku pun tersadar dan segera berdiri. Dia terlihat kaget, aku pun juga.
“Mianhae, aku sedang buru-buru. Sekali lagi, mianhae..” aku meminta maaf padanya.
“ne, tidak apa-apa. Lain kali hati-hati. Saat kau berjalan kau harus memandang kedepan.” Suaranya begitu merdu, membuatku ingin berlama-lama lagi menatapnya. Tapi, aku segera menemui Eun La.
“ne, gamsahamnida.” Aku berjalan dengan setengah berlari, melewatinya yang masih menatapku.
***
“Eun La…….!” Aku segera memeluknya. Rasa rinduku terobati begitu melihatnya. “lama sekali tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja? Bagaimana dengan kuliahmu? Oh ya siapa dia?” aku langsung menyerbunya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Eun La hanya tersenyum padaku. Dia datang dengan seorang laki-laki, wajahnya sangat manis, tubuhnya juga atletis. Apakah itu pacarnya?
“kau berlebihan Nara. Ahaha, aku baik-baik saja. Kau lihat sendirikan aku baik-baik saja? Aku rindu sekali padamu.”
“aku juga, aku sangat sangat sangat rindu sekali dengan Eun La unnie.” Ya, aku memang sering memanggilnya kakak. “siapa itu?” aku mengulangi pertanyaanku. Laki-laki itu juga diam saja dari tadi.
“lebih baik kita cari tempat makan dulu. Kau mau kita mengobrol sambil berdiri?”
“ne, aku juga sudah sangat lapar unnie.” Kami pun segera mencari tempat makan dan memesan makanan.
“aku sudah lulus kuliah, dan sekarang bekerja disebuah perusahaan televisi.” Jelas Eun La. “oh ya, dia pacarku, namanya Choi Minho. Kami sudah 2 tahun pacaran.” Jelasnya lagi dengan wajah malu-malu.
“Choi Minho.” Kata laki-laki itu sambil mengulurkan tangan. Dia menatap tajam padaku. Kenapa dia?
“Kim Nara.” Jawabku dan berjabat tangan dengannya.
“kau kenapa Nara? Ahaha, tatapannya memang seperti itu kepada orang-orang yang baru dikenalnya. Oh ya, mana Jonghyun? Dia tidak ikut kesini?” tanya Eun La padaku.
“ani, dia bilang sore ini dia akan menginap divilla keluarganya, ada acara.” Jawabku singkat. “oh ya, Minho oppa satu universitas dengan Eun La unnie?” tanyaku pada Minho.
“ee..aniyo. aku sudah bekerja. Umurku lebih tua 1 tahun darinya. Aku ke Amerika karena ada tugas dari perusahaan, dan bertemu saat aku berkunjung ke universitasnya.” Minho tersenyum pada Eun La. Tapi aku merasa tatapannya berbeda sekali denganku, dingin sekali. Apa dia memang orang yang seperti itu? Seperti yang dikatakan Eun La.
Kami mengobrol panjang lebar. Eun La berjanji akan berkunjung kerumah jika sedang tidak sibuk bekerja. Lama sekali kami menghabiskan waktu untuk mengobrol. Aku masih ingin bicara panjang lebar dengannya, tapi hari sudah sore. Dan mala mini aku harus menghadiri pesta ulang tahun pernikahan paman Jang.
~end Nara POV
***
No One POV~
“kau tak akan pernah ku lepas. Aku sudah mendapatkanmu. Mulai detik ini, kau takkan bisa tersenyum bahagia lagi. “
“silahkan nikmati hidupmu selagi kau masih bisa. Aku akan memberikan kau kebahagian sebentar saja. Setelah itu? Kau lihat saja nanti.”
“aku akan membuat hatimu sakit terlebih dulu karena hal ini. Penghianatan? Ya.”
“nikmatilah sisa hidupmu, selagi kau bisa.”
~end No One POV
***
Nara POV~
“Nara cepat sedikit, kita hampir terlambat.” Kata ibu padaku. Seperti yang di katakana paman Jang tadi, malam ini kami akan menghadiri pesta ulang tahun pernikahannya yang ke 25. Ibu meyuruhku untuk memakai dress yang paling bagus. Aku sebenarnya tidak suka menghadiri pesta, tapi karena paman Jang langsung memintanya padaku, aku bersedia datang.
“ne, umma. Aku segera turun.”
Sekarang kami sudah sampai ditempat pesta. Ternyata pestanya berlangsung di rumah paman Jang. Rumahnya begitu mewah, terlihat sangat besar walaupun hanya bertingkat dua.
Ku liahat banyak sekali mobil di halaman rumah, rupanya tamu-tamu yang lain sudah banyak yang datang. Begitu kami memasuki rumah, aku semakin kagum, rumah ini bagai istana. Tapi, rumah ini tidak terlihat asing bagiku, apa aku pernah kesini sebelum sekarang?
Tamu-tamu yang datang rupanya sangat banyak. Ayah bilang padaku, bahwa yang diundang adalah keluarga besar paman Jang dan Isterinya juga para karyawan dan relasi bisnis.
Aku dan ibu mengikuti ayah menemui paman Jang dan isterinya untuk memberikan selamat. Di samping mereka, ada orang tua paman Jang, tuan Lee Hyun Byul. Dia masih terlihat sangat muda walaupun sudah berkepala 7. Orang-orang sangat menyeganinya.
“ah, Yong Jin. Gamsahamnida, kau sekeluarga datang kesini.” Kata tuan Lee pada ayah.
“ne, kami senang bisa menghadiri pesta ini.” Kata ayah sambil memberikan hormat.
“apakah ini Nara? Gadis kecil yang dulu pernah beberapa kali kesini dan bermain-main bersama cucuku, Jinki dan saudaranya? Sudah besar ternyata. Jauh lebih cantik dibanding kecil dulu. ” Tuan Lee tersenyum padaku.
“ne, ini Nara.” Ayah memperkenalkanku. Aku pun member hormat pada tuan Lee.
“silahkan duduk, nikmati dulu hidangan yang ada. Sebentar lagi acara akan mulai.” Kata paman Jang pada kami. Kami bertiga pun duduk ditempat yang ditunjuk oleh paman Jang.
Beberapa saat kemudian, acara dimulai. Paman Jang dan isterinya naik ke atas tempat yang sudah sediakan. Disana ada sebuah kue besar dengan lilin berangka 25 berwarna perak diatasnya. Mereka diminta untuk memotong kue itu. Semua tamu berdiri.
Disamping paman Jang dan isterinya, ada tuan Lee dan seorang laki-laki muda. Apakah itu anak paman Jang yang ingin dikenalkannya kemarin kepadaku? Aku sepertinya pernah melihatnya, sebelum disini.
“potongan kue berikutnya, akan kuberikan kepada putera kesayanganku, Lee Jinki. Sayang sekali, saudaranya tak bisa datang kesini sekarang.” Kata paman Jang sambil memberikan kue itu padanya anaknya. Rupanya benar, itu anaknya.
Setelah itu, ada acara hiburan. Paman Jang dan isterinya, juga anaknya dan tuan Lee turun dari panggung. Mereka kemudian duduk dimeja yang sama dengan kami. Kami saling berbincang-bincang. Tapi, anak paman Jang yang bernama Lee Jinki itu diam saja, walaupun sesekali juga tersenyum. Begitu melihatnya dari dekat, aku ingat dimana aku pernah bertemu dengannya. Di Lobby kantor!
“oh ya, Nara. Sekarang aku akan mengenalkanmu dengan anakku” kata paman Jang padaku. “apa kau benar-benar lupa dengannya?” tanyanya lagi.
“memangnya kami pernah kenal?” tanya Jinki pada ayahnya.
“kau juga sudah lupa dengannya. Tentu saja kalian pernah kenal. Appa dan appanya Nara sudah berteman sejak 20tahun lalu.”kata paman Jang menjelaskan. “tentu saja kalian pernah kenal. Nah, Nara ini Jinki anakku. Dan, Jinki, ini Nara.” Paman Jang berdiri dan memperkenalkannya padaku.
“Lee Jinki imnida.” Jinki berdiri memperkenalkan dirinya.
“Kim Nara imnida.” Aku juga berdiri lalu memperkenalkan diriku. Kemudian kami kembali duduk dan menikmati makanan yang sudah disediakan. Jinki kembali diam.
Tiba-tiba ayah, paman Jang dan tuan Lee berdiri, mereka berjalan menuju panggung yang sudah disediakan untuk acara hiburan. Rupanya mereka bertiga akan bernyanyi(?).
Kini Cuma ada aku, Jinki, ibu, dan isteri paman Jang. Mereka berdua asyik mengobrol. Sementara aku dan Jinki hanya berdiam diri. Suasana diantara kami berdua kaku sekali. Tak ada yang memulai pembicaraan.
~end Nara POV
***
Jinki POV~
“Kim Nara imnida.” Dia memperkenalkan diri. Jadi namanya Nara? Dia yang tidak sengaja menbrakku siang tadi di lobby kantor,bukan?
Kami kembali duduk dan menikmati makanan yang sudah disediakan. Aku kembali duduk dalam diam. Tiba-tiba ayah, paman Yong dan kakek berdiri, mereka berjalan menuju panggung yang sudah disediakan untuk acara hiburan. Rupanya mereka bertiga akan bernyanyi(?).
Kini Cuma ada aku, Nara, ibu, dan isteri paman Yong. Mereka berdua asyik mengobrol. Sementara aku dan Nara hanya berdiam diri. Suasana diantara kami berdua kaku sekali. Tak ada yang memulai pembicaraan.
Ayah, paman Yong dan kakek sudah selesai menyanyikan dua buah lagu.
“kepada seluruh keluarga, rekan kerja, dan rekan bisnis.” Ayah mulai bicara, sepertinya dia akan mngumumkan sesuatu? “saya mempunyai sebuah berita bahagia. Walaupun ini agak mendadak, dan mungkin belum banyak yang mengetahuinya.” Berita bahagia? Berita bahagia apa? Aku tidak tau menau.
“seperti yang terlihat disini, anakku, Lee Jinki sudah kembali dari studynya diluar negeri. Setelah membanggakanku dengan hasil studynya, sekarang dia juga akan membuatku lebih bahagia. Sebentar lagi..” apa yang ingin dikatakan ayah? Aku semakin bingung. “anakku Jinki akan segera bertunangan, dengan anak dari tuan Kim Yong Jin,direktur bagian produksi, Kim Nara.”
“MWOO? BERTUNANGAN????????????????”
***
Author POV~
“kau yakin akan bertunangan denganku?” tanya Jinki. Sekarang, dia dan Nara sedang berada di taman dekat rumah Nara.
“lalu mau bagaimana lagi? Mereka pastinya tidak akan mau membatalkan pertunangan itu.” Nara menghela nafas panjang. Ya, pertunangan itu memang tidak mungkin dibatalkan. “jika pertunangan itu dibatalkan, keluargaku dan keluargamu pasti akan malu.”
“kau benar. Appa tak mungkin mau membatalkannya. Tapi kenapa mereka tidak memberitahukannya kepada kita lebih dulu? Memberitahuakan berita itu kepada orang banyak seperti kemarin, sebenarnya bukan keputusan yang tepat.” Jinki lagi-lagi menatap langit. Dia tak bisa banyak berpikir tentang hal ini.
“sekarang mau diapakan lagi? Kita harus menjalaninya.”ucap Nara datar. “ah, tapi mereka tak punya alasan yang jelas mengapa kita harus bertunangan.” Kata-kata Nara mengagetkan Jinki.
“ah, kau benar lagi. Kita bahkan tak tau apa alasan yang jelas. Aku belum menanyakannya. Tapi..kau tau apa yang ku dengar malam tadi?”
“apa?” tanya Nara penasaran.
“tanpa sengaja, aku lewat didepan kamar halabeoji, didalam ada appa dan umma. Meskipun samar-samar, aku dengar mereka membicarakan..”
“membicarakan apa?” Nara memotong pembicaraan Jinki.
“sepertinya halabeoji mengatakan: ‘setelah pertunangan itu. Kita harus memikirkan pernikahannya. Tentunya agar tidak ada orang lain yang tau tentang pernikahan itu. Sebuah rencana pernikahan diam-diam yang matang.’ Begitu.” Jinki menjelaskan.
“MWO?? PERNIKAHAN??? Rencana gila apa lagi itu? Diam-diam? Apa maksudnya?”
“aku juga tak tau apa maksudnya.” Jawab Jinki singkat.
“kenapa kau tidak coba mendengarkannya lebih lama lagi?” tanya Nara sedikit kesal.
“perutku sedang tidak bersahabat. Sepertinya saat pesta, aku salah makan.” Nara hanya mendengus kesal mendengar ucapan Jinki. “lupakan masalah itu sejenak. Sekarang kita sedang bicara seperti ini, seperti orang yang sudah lama kenal. Appa bilang kita adalah teman kecil. Kau ingat itu?” tanya Jinki.
“ne, appa dan umma ku juga bilang begitu. Ketika aku menghadiri pesta malam tadi, aku rasa aku pernah datang ke rumahmu sebelumnya. Mungkin aku memang sering datang kesana waktu kecil.” Nara tertawa kecil. “ah, apa kau itu anak laki-laki yang sering menakutiku dengan boneka anjing bulldog yang sangat menakutkan itu?”
“ahaha..bukan, yang sering melakukan itu adalah Junki, kembaranku.” Jinki juga ikut tertawa.
“memangnya kau kembar?” tanya Nara heran.
“kau lupa dengannya? Ah payah sekali. Kau tau? Junki selalu mengangapmu sebagai adik perempuannya yang paling manis.”
“jinja? Sepertinya kita sudah mengingat semuanya.” Nara tersenyum.
“mungkin. Mungkin karena baru bertemu lagi setelah besar, kita agak sedikit lupa.”
“dimana Junki sekarang?” tanya Nara tiba-tiba.
“masih diluar negeri. Setelah kami lulus kuliah, dia diminta untuk menjalankan perusahaan kecil yang baru dibangun appa disana. Dan aku diminta untuk kembali ke Seoul, karena hal ini.” Kata Jinki dengan memberikan penekanan pada kalimat ‘karena hal ini’.
“apa maksudmu? Jadi kau mengira, kau diminta kembali ke Seoul, hanya untuk bertunangan lalu menikah denganku. Begitu?” Nara sedikit kesal dengan ucapan Jinki.
“ini sudah terlalu malam. Lebih baik kau cepat pulang.” Jinki mengalihkan pembicaraan.
“ne, sebaiknya aku cepat-cepat pulang saja.” Jawab Nara dengan ketus. Kemudian berjalan mendahului Jinki.
“emh, Nara.” Panggil Jinki.
“apa lagi?” Nara berbalik menghadap Jinki.
“besok pagi aku akan menjemputmu. Kita akan pergi kesekolah bersama-sama.”
Nara bingung dengan apa yang diucapkan Jinki. Pergi kesekolah bersama-sama? Apa maksudnya? Bukankah Jinki sudah lulus kuliah.
“mwo? Apa maksudmu?”
“besok saja akan ku jelaskan.” Jawab Jinki santai.
“kau laki-laki yang aneh.”
~end author POV
***
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar